Jalinmerapi (30/10/10). Sejumlah mahasiswa Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada menjadi relawan untuk menjaga dan membantu berbagai tugas di posko pengungsian Kepuharjo, Cangkringan, Sleman, Yogyakarta. Pengungsi yang lebih banyak pada malam hari menandakan butuhnya penjagaan dan koordinasi yang lebih baik bagi setiap pihak yang terlibat membantu di posko.
Awal malam yang cukup tenang menemani para relawan sedikit bersantai dari tugasnya. Namun, pada pukul 00.30 mulai terdengar bunyi gemuruh cukup panjang. Para pengungsi cukup tenang, karena mereka sudah mulai terbiasa dengan bunyi-bunyi seperti itu. Tapi, tidak lama kemudian, bunyi gemuruh disertai kilat dan petir. Warga tersentak kaget dan langsung keluar dari tenda maupun gedung pengungsian. Kepanikan melanda sesaat, karena mereka berada di posisi perbatasan radiasi apabila terdapat awan panas yang keluar dari mulut merapi.
Segenap relawan langsung dikoordinasikan agar membantu evakuasi para warga terlebih dahulu, baru menyelamatkan diri. Pergerakan cepat langsung dilakukan, para pengungsi yang mayoritas lansia dibantu naik ke truk yang memang sudah disediakan. Tidak ada kata takut pada jiwa relawan saat itu, selain membantu evakuasi dengan cepat, mereka juga turut menenangkan warga agar tidak panik dan gegabah.
Sayangnya, yang dilakukan para relawani ini tidak disambut baik oleh petugas lain yang juga berjaga. Saat bunyi gemuruh terdengar, para TNI dan Brimob di lokasi langsung hilang tak terlihat, bagai ditelan bumi. "Jangankan membantu menaikkan warga ke truk, tangkai hidungnya saja tak terlihat." urai Anjar selaku relawan yang bertugas malam itu.
Saat dinyatakan bahwa kondisi sudah aman, pengungsi turun kembali ke tenda, dan beberapa yang sudah meninggalkan posko tersebut tidak langsung kembali, karena khawatir masih akan ada susulan. Para petugas terkait pun mulai bermunculan, seperti petugas kesehatan mulai membagikan masker dan obat tetes mata. Satuan kemanan yang berjaga pun mulai terlihat kembali.
Hujan pasir berwarna putih mulai turun, kemudian berganti menjadi hujan abu. Para pengungsi mulai kembali ke gedung dan tenda. "Jujur, kami bilang sama warga untuk tidak panik dan tetap tenang, tapi kami sendiri sebenarnya ketakutan, udah ditinggal kabur duluan sih sama pihak yang semestinya mengamankan", pernyataan kecewa para relawan. (Vella)
Komen Ane:
ngakak baca artikel ni...nampak kali masuk jadi aparat bukan dengan niat yang tulus, tapi maen duit, waktu di butuhkan negara buat mengamankan keadaan ehh malah larii duluan.....cckckckckck. PARAH GAN!!
Kisah Miris Saat Merapi Meletus, TNI Kabur Duluan!
14.55 |
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar